Dikelola Oleh:Fasmawi Saban Sihabuddin S.H.,M.Hum. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengalaman Kopdar Bareng Pak SBY

kali ini saya ingin menceritakan tentang kebiasaan saya atau lebih tepatnya usaha nekat saya. Saya berasal dari Kampung Pangligaran Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut. haha Lengkap banget ya alamatnya, namanya juga alamat asli jadi harus lengkap siapa tau ada yang mau nyari saya haha.
Oke lanjutin ceritanya, saya dari kampung dari semenjak duduk dikelas 2 SMA 5 GARUT saya mempunyai keinginan dan tekad yang kuat untuk bisa bertemu presiden SBY. Karena saya emang mengidolakan beliau dari awal beliau menjabat Presiden. Serasa mimpi sih. singkat cerita datanglah sebuah keajaiban mungkin ini berkaitan dengan  kebiasaan saya sebagai pengguna media sosial yang selalu nyari kuis gratisan di twitter. Pada bulan oktober 2014 saya lihat di media TV dan Medsos menggembor-gemborkan berita bahwa Pak SBY mengadakan Kopdar bagi para Netizen. Awalnya sih saya pesimis dan gak ngeriti apa itu kopdar ataupun hal hal mengenai hal tersebut.

Yaudah tanpa pikir panjang sayapun mengikuti Kuis yang diadakan pak SBY melalui twitter dengan cara mengirimkan opini mengenai pemerintahanya. eh sayapun yaudah pasrah aja nunggu hasil. 3 hari berikutnya tepatnya pada hari selasa ketika saya sedang makan malam, saya mendapat telpon dari nomor rumah dan mengaku dari staff kepresidenan. Saya kira ah ini ada orang iseng mau penipuan. Tapi ko suaranya kaya customer service gitu formal bgt dan indah didengar dan saya diyakinkan kalo itu bukan penipuan. Mba-mba yang ngaku dari staff kepresidenan tersebut mengucapkan selamat anda terpilih dari 36 ribu peserta untuk diundang ke Istana Kepresidenan. Makin gak percaya saya dengernya, ah ini paling temen yang jail. yaudah deh sayapun ngucapin ia ia aja manut apa yang dikatakanya sembari gak percaya terus disuruh nunggu pembuktianya dengan melihat FB, Twitter pak SBY dan Instagramn ibu Ani karena namaku tercantum. Keesokan harinya yaudah deh aku lihat. sebelum aku lihat langsung ternyata banyak SMS masuk, PM BBM dari teman-teman juga heboh di FB, Twitter pokoknya notifikasinya rame bgt mengatakan selamat kepadaku. aku masih bingung. ternyata aku lihat di fbnya pak SBY ada namaku diantara 20 orang yang keterima dari 36ribu orang. Serasa mimpi sih tapi kenyataan.
Dari sana aku gak sabar untuk segera bertemu pak SBY. Singkat cerita pada hari H. Saya adalah orang yang paling pagi datang ke Istana padahal dijadwalnya jam 09.00 WIB pagi. Tetapi pada hari itu saya datang pukul 07.00 WIB keliatan bgt gak sabaranya. Sebelum masuk kesana eh pengamanya ketat. beberapa kali ditanya paspampres siapa anda, mau ngapain? ahhh pokoknya ribettt menjelaskanya. kisahnya saya dah didalam istana. karena saya paling awal datangnya saya langsung disuruh makan pagi disuruh ama Sekertasis presidenya cantik bgt. yaudah deh makan aja ditempat yang mewah pula jarang2 pikirku. sikat aja deh.
Sngkat cerita ketika sudah ngumpul semua peserta kita diajak keliling istananya terus menjemput pak SBY di Bandara dan kita diajak menaiki pesawat kepresidenan dengan masuk kedalam pesawatnya tapi gk dibolehin untuk berfoto dalam pesawat cuma diluar pesawatnya doang. Nah ketika itu pokoknya banyak kejadian yang gk bisa diceritakanlah saking istimewanya. Gak sampai disana akhirnya kita langsung duduk didalam ruangan dan disana kita dikasih waktu untuk menyampaikan kata kata kepak SBY/ngobrol langsung maksudnya. aku aja bingung, tegang banyak dipikiran yang pengen diomongin tapi yang disampaikan malah tentang pribadiku keinginan ingin seperti beliau dan masih banyak lagi. Kharisma beliau begitu nyata, kewibawaan seorang pemimpin sangat terasa. bukanya lebay tapi memang begitu adanya. Saya sangat tegang menyampaikan apa yang mau disampaikan karena disana banyak mentri mentri dan pejabat jadi bingung saya. Tapi ah omongin aja yang ada dipikiran.  Karena ini Kopdar jadi gak tegang tegang amat setela itu nyanyi bareng pak SBY, nikmati cemilan dan beliau beri motivasi. dan banyak cerita lainya.
Bersambung dulu ceritanya soalnya mau nganter temen dulu!
https://images.detik.com/community/pasma/2014/10/17/1413554512328271602.jpg?w=942






Situs Gunung Nagara Desa Depok Cisompet Sancang Garut

DALAM peradaban tatar Sunda, Kabupaten Garut pada umumnya, khususnya wilayah Garut selatan kurang begitu diperhatikan. Terlebih jika dikaitkan dengan kerajaan atau dengan isu penyebaran ajaran Islam. Sebab, dipungkiri ataupun tidak, di wilayah Kabupaten Garut tidak pernah berdiri kerajaan besar sekaliber Galuh Pakuan, Sumedang Larang, Pajajaran, Kasepuhan dan Banten. Akan tetapi, realitas tersebut tidak menutup kemungkinan kalau di wilayah Garut pernah berdiri kerajaan kecil yang dijadikan basis penyebaran agama Islam di wilayah Garut Selatan yang terjadi sekira awal abad ke 13.
Situs Gunung Nagara
BATU Nisan, salah satu peninggalan yang masih tersisa.
Berbicara tentang gunung, pikiran kita tertuju pada sebuah gunung cukup tinggi. Sebenarnya, Gunung Nagara bukanlah gunung dalam artian para pecinta alam. Ia lebih merupakan bukit yang memiliki keragaman flora cukup unik. Di tempat tersebut masih banyak terdapat pohon burahol, menyan, kananga, bintanu, kigaru, binong serta masih banyak jenis tumbuhan lainnya yang mungkin secara ilmiah belum dikenal, dan belum diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Kekayaan fauna juga dimiliki hutan Gunung Nagara. Kalau kebetulan, kita akan menemukan burung rangkong (Buceros rhinoceros) yang sedang asyik berduaan bersama pasangannya di atas pohon yang cukup tinggi. Tubuhnya yang cukup besar diperindah dengan mahkota. oranye di atas kepalanya. Bagi yang pertama kali menemukan burung ini, mungkin akan merasa aneh, sebab ketika burung tersebut akan terbang, biasanya memberi aba-aba dengan suara “gak” yang keras mirip suara monyet. Lantas, ketika sudah tinggal landas, kepakan sayapnya mengeluarkan suara yang dramatis. Selain burung Rangkong, masih terdapat hewan langka lainnya semisal kambing hutan, landak, kucing hutan, macan kumbang, walik, surili, dan beragam jenis kupu-kupu.
Secara geografis, ia terletak di wilayah Desa Depok-Cisompet-Garut. Menuju daerah tersebut relatif gampang, dari terminal Garut kita hanya tinggal naik elf jurusan Pamengpeuk-Garut dengan membayar ongkos RP. 25.000,00, atau jika berangkat dari Bandung, kita tinggal naik bus tiga perempat jurusan Bandung-Pameungpeuk dengan membayar ongkos Rp 30.000,00. Kita minta diturunkan di Kampung Pagelaran. Dari kampung tersebut, bukit gunung Nagara sudah tampak begitu jelas, namun sekilas tidak ada jalan menuju bukit tersebut, yang terlihat hanyalah tebing cadas yang menurut pemikiran normal tidak mungkin untuk didaki tanpa peralatan panjat.
Dari Kampung Pagelaran, kita tinggal berjalan kaki menuju Kampung Depok dengan jarak sekira satu kilometer. Menurut hikayat, nama Depok dikaitkan dengan padepokan. Artinya, perkampungan tersebut pada awalnya merupakan padepokan tempat peristirahatan para gegeden. Sebenarnya, menurut Ki Ecep (sesepuh kampung), pada era enam puluhan, kampung Depok masih merupakan perkampungan dengan tradisi yang sama dengan
Baduy. Akan tetapi, setelah kampung tersebut dibumihanguskan gerombolan DI/TII, terjadi perubahan cukup signifikan. Sekarang tidak akan lagi terlihat rumah-rumah panggung berjajar menghadap kiblat.
Perjalanan Pagelaran-Depok akan melintasi sungai Cikaso. Bagi mereka yang suka akan keindahan alam, alangkah baiknya terlebih dahulu mengunjungi Batu Opak yang berada kurang lebih setengah kilometer ke arah hulu. Di tempat tersebut kita akan menyaksikan fenomena geologis, yakni batu yang berjajar secara sinergis dari arah bukit menuju sungai dengan bentuk mirip seperti opak. Penduduk sekitar menghubungkan fenomena geologis tersebut dengan legenda Sangkuriang. Yaitu, ketika Sangkuriang akan menikah, Embah
Rajadilewa (penguasa daerah selatan) mau membantu nyambungan. Akan tetapi, baru saja mereka sampai diLeuwi Tamiang, dari arah timur terlihat fajar, sehingga mereka menyimpan barang bawaannya di tempat tersebut, hingga ia berubah menjadi batu.
Bagi mereka yang baru mengunjungi tempat ini, dikampung Depok inilah bisa menemui Ki Sanang (kuncen) untuk minta diantar. Dari Depok, kita melanjutkan perjalanan menuju Cidadap dengan jarak kurang lebih setengah kilometer, perjalanan ini melewati pesawahan yang tidak terlalu luas. Di Cidadap inilah terdapat mata air yang dikeramatkan. Secara nalar, air dapat menyegarkan badan. Perjalanan baru akan mendapat tantangan manakala kita mulai merayap mendaki jalanan setapak yang cukup terjal (Cidadap-Gunung Nagara). Terkadang kita harus melewati jalanan yang kemiringannya mencapai 75 derajat. Dari Cidadap, kita tidak akan menjumpai jalanan yang datar, kanan kiri jalan masih terdapat banyak pohon besar, sehingga walaupun kelelahan kita bisa beristirahat cukup santai. Perjalanan ini jika ditempuh dengan santai paling-paling memakan waktu sekira setengah jam.
Sesampainya di puncak Gunung Nagara, secara langsung kita telah sampai di kompleks pemakaman. Tempat itu dikenal dengan pusaran ka hiji (kompleks pertama dikenal dengan nama Padepokan Gunung Nagara) yang di tempat ini terdapat dua puluh enam kuburan. Kuburan-kuburan tersebut relatif besar-besar. Setiap kuburan dihiasi batu “sakoja” dan batu nisan. Dinamai sakoja, karena batu tersebut berasal dari sungai Cikaso diambil dengan menggunakan koja (kantong). Kalau kita perhatikan secara seksama, komplek pekuburan tersebut tersusun secara rapi membentuk sebuah struktur organigram. Lima belas meter ke arah utara, terdapat kuburan yang dikenal dengan pusaran kadua. Di tempat ini hanya terdapat dua kuburan. Sekitar dua kilometer ke arah utara, terdapat kuburan yang dikenal dengan pusaran katilu yang hanya terdiri dari dua kuburan. Konon kabarnya, kuburan ini merupakan kuburan Embah Ageung Nagara dan patihnya.
Menurut Kepala Desa Depok, Abdul Rasyid, tiga pusaran tersebut melambangkan Alquran yang terdiri dari 30 juz. Pusaran pertama yang terdiri dari 26 kuburan melambangkan bagian Mufassal (surat-surat) pendek, pusaran kedua melambangkan al-mi’un dan pusaran ketiga melambangkan sab’ul matsani. Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan menambah kuburan. Lebih lanjut, ia mengatakan kalau pada pusaran pertama itu terdiri dari para pengikut/pengawal yang salah satu di antaranya perempuan, pusaran kedua diyakini sebagai makam asli Prabu Kian Santang (Eyang Brajasakti) dan istrinya Ratu Gondowoni, dan pusaran ketiga merupakan kuburan Prabu Siliwangi dan patihnya. Sebenarnya, jika kita mau melanjutkan perjalanan ke arah utara, kita akan menemukan sebuah kuburan yang terpisah, konon kabarnya kuburan tersebut merupakan kuburan seorang berbangsa Arab (Syeh Abdal Jabar).
Lebih jauh, menurut Abdul Rasyid, sebenarnya situs Gunung Nagara terdiri atas beberapa peninggalan dalam bentuk barang. Namun sayang, naskah aslinya terbakar manakala gorombolan (DI/TII) menyerang Kampung Depok, sedangkan beberapa naskah lainnya yang tersisa dan barang-barang peninggalan sudah menjadi milik orang Tasik. Barang-barang yang masih ada, terpencar diperseorangan.
Bagi para peziarah yang terbiasa melakukan semedi, disyaratkan baginya untuk melakukan ritual mandi diSumur Tujuh. Sumur tersebut berada sekira setengah kilometer ke arah lembah. Sumur itu berada tepat didekat sungai kecil. Sebenarnya, sumur itu merupakan kubangan-kubangan kecil akibat dari resapan air.
Legenda Kian Santang
Menurut sebagian besar masyarakat Depok, Situs Gunung Nagara erat kaitannya dengan penyebaran Islam diwilayah Garut Selatan yang disebarkan atas jasa Prabu Kian Santang. Malahan diklaim kalau sesungguhnya daerah Leuweung Sancang merupakan tempat peristirahatan terakhir Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja Ratu Haji (raja Pajajaran yang terkenal), sehingga begitu melegenda kalau di leuweung tersebut terdapat harimau jadi-jadian, bekas pasukan Prabu Siliwangi. Sementara itu, walaupun terdapat daerah yang diklaim sebagai tempat peristirahatan terakhir Prabu Siliwangi, penduduk Garut selatan meyakini bahwa kuburan asli Prabu Kian Santang itu berada di kompleks pemakaman Gunung Nagara.
Menurut mereka, keberadaan kuburan lainnya hanya merupakan tempat persinggahan Prabu Kian Santang. Misalnya saja pemakaman Godog di daerah Suci-Karangpawitan-Garut. Mereka menyatakan kalau sesungguhnya di tempat tersebut Prabu Kian Santang hanya tinggal berkontemplasi merenungi kekeliruannya dalam melakukan sunat terhadap orang yang masuk Islam. Oleh sebab itu, tempat tersebut dinamakan “Godog” yang mengandung arti tempat penyucian jiwa atau dalam istilah pewayangan “Kawah Candradimuka”, dan karenanya pula tempat ketika ia turun dari daerah tersebut dinamakan “Suci”, yang berarti setelah melakukan kontemplasi ia kembali pada kesucian yang kemudian melanjutkan perjalanan menuju Garut Selatan.
Pengamat sejarah Deddy Effendie menyatakan, sebagian besar buku sejarah Indonesia tentang penyebaran agama Islam di Tatar Sunda dihubungkan dengan tokoh Fatahilah sebagai utusan Demak, yang diidentikan dengan Sunan Gunung Jati keponakan dari Prabu Walangsungsang pendiri Kesultanan Cirebon ketika pemerintahan Padjadjaran dikuasai Prabu Surawisesa atau Ratu Sanghiang (1521-1535 M).
Surawisesa pamannya Sunan Gunung Jati sedangkan Sunan Gunung Jati adalah cucu Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Padjadjaran Sri Sang Ratu Dewata, dari Lara Santang yang sejak balita mendapatkan pendidikan Islam dari ibunya Subanglarang, ujar Deddy Effendie kepada garut.go.id di Garut, Selasa.
Dia menyebutkan, Istri Prabu Siliwangi yang dikenal Nyi Mas Ambetkasih, Subanglarang dan Nyi Mas Kentringmanik Mayang Sunda. Subanglarang melahirkan tiga orang anak terdiri Rakeyan Santang Parmana, Walangsungsang dan Lara Santang, kemudian Kentringmanik Mayang Sunda melahirkan putra Mahkota yang menjadi Raja Padjadjaran generasi kedua yakni Prabu Surawisesa.
Sementara itu, Rakeyan Santang Parmana memiliki banyak nama antara lain Maulana Ifdil Hanafi, Haji Tan Eng Hoat, Haji Abdullah Iman atau Sunan Rohmat atau Sunan Godok atau Kean Santang.
Tokoh inilah yang disebut-sebut dari sumber tradisi Garut sebagai putra Raja Padjadjaran (Prabu Siliwangi) yang berselisih paham tentang keyakinan agama, tapi akhirnya mereka bersepakat Kean Santang diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama Islam di seluruh wilayah Kerajaan Padjadjaran, petilasan yang bertalian dengan Kean Santang berada di Godog Garut berupa makam, gunung Nagara berupa bekas pertahanan dan di Cilauteureun.
Menurut Deddy Effendie, berdasarkan sumber tradisi Garut diceriterakan Kean Santang di Islamkan oleh Syaidina Ali (Ali bin Abi Thalib) dan memiliki pedang Nabi Besar Muhammad SAW.
Dari keterangan itu, kita dihadapkan pada kebingungan luar biasa seperti Prabu Siliwangi hidup pada abad ke 15-16 M atau menjadi penguasa Pakuan Padjadjaran pada 1482-1521 M, sedangkan Ali bin Abi Thalib hidup pada zaman Rasulallah yakni permulaan tahun Hijrah atau abad ke-6 M (579 M). Maka, rentang waktu 10 abad itu tidak masuk akal, terlebih lagi adanya anggapan bahwa Prabu Siliwangi menentang Islam, padahal istrinya Subanglarang beragama Islam, yang mendapatkan pendidikan agama sedari belia oleh Syeh Quro dipesantren Quro.
“Info Terbaru”
Berdasarkan informasi terbaru dari tokoh Ulama Mesir yang dikemukakan kepada Ir H. Dudung Fathirrohman menyatakan, Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.
Maka jika meneliti naskah Pangeran Wangsakerta besar kemungkinan Tokoh dari Asia Timur Jauh itu adalah Prabu Kretawarman (561-628 M) Maharaja Tarumanagara generasi VIII yang memiliki dua orang putri, pertama Putri dari Calankanaya India, dan istri yang kedua berasal dari Sumatera tidak memiliki anak sehingga mengangkat anak kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri bernama Brajagiri.
Kretawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (Wang Amet Samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai selatan Garut.
Putrinya Setiawati dinikahi Kretawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan dan mungkin dilupakan.
Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia.
Anaknya oleh Ki Parangdami dopanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali(42) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi.
Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir.
Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali, ujar Deddy effendie.
Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / hutan Sancang dan gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali. Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudawarman, yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kretawarman) turut memimpin pasukan. Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kretawarman. Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang mengejar Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan.
Kisah Rakeyan Sancang itupun setelah sepuluh abad kemudian terungkap kembali, ketika Walangsungsang dari Cirebon menyusuri sungai Cimanuk sampai ke hulu sungai kemudian menemukan pedang yang disebut-sebut sebagai pedang Nabi Muhammad SAW, pedang itu milik Rakeyan Santang atau Kean Santang, pemberian Ali bin Abi Thalib ketika membantu Ali dalam peperangan menagakkan Syariat Islam, Walahualam, kata Deddy Effendie mengakhiri paparan telaahan sejarahnya itu.
Dari data-data sepintas tersebut, rasanya tidak terlalu berlebihan kalau sesungguhnya Gunung Nagara menyimpan rahasia yang harus segera dieksploitasi, baik bagi kepentingan pendidikan ataupun bagi kepentingan pariwisata.

Iseng iseng buat Video Gokil

Sejarah Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut

by kknmdepok2011 on 20/07/2011
Desa Depok merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Nama Depok berasal dari nama salah satu kampung yang berada di Desa Depok itu sendiri yaitu Padepokan yang dibentuk oleh Prabu Kiansantang pada zaman penjajahan Belanda. Kampung Depok merupakan kampung  tertua dan tidak pernah diinjak oleh Belanda. Hal ini dikarenakan adanya sungai  yang diyakini angker yang harus dilalui apabila ingin sampai ke Kampung Depok. Sungai tersebut adalah Sungai Cikaso. Orang yang berniat jahat bisa tiba-tiba sakit bahkan mati jika melewati sungai tersebut.
Pada tahun 1825, beberapa kampung termasuk Kampung Depok  dibentuk menjadi satu desa dan dinamai Desa Depok. Pada waktu itu, desa ini merupakan daerah istimewa karena adanya makam Prabu Kiansantang yang dianggap tempat bersejarah karena beliau merupakan tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat.
Pembangunan jalan jalur Pameungpeuk – Garut yang melewati Desa Depok dilakukan pada tahun 1911. Adapun pembangunan masjid dilakukan pada tahun 1980-an. Masjid yang pertama dibangun adalah Masjid Al-Miptah yang berada di bawah Gunung Nagara dan merupakan masjid tertua di Desa Depok.
Kurangnya kebersihan lingkungan di Desa Depok menyebabkan terjadinya wabah penyakit yaitu muntaber dan cacar pada tahun 1980-an. Ditambah lagi terjadinya banjir dan longsor pada tahun 1986 mengakibatkan semakin mewabahnya penyakit tersebut. Setelah peristiwa itu, penduduk mulai sadar akan kebersihan sehingga kesehatan mereka pun meningkat.
Pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan perbaikan jalan dilakukan beberapa tahun belakangan ini sehingga akses Desa Depok pun semakin baik. Dengan demikian aktivitas masyarakatnya pun berjalan dengan baik.

Data Demografis, Geografis dan Geologis Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut

by kknmdepok2011 on 20/07/2011
Desa Depok merupakan salah satu Desa di kecamatan Cisompet kabupaten Garut. Desa Depok terdiri dari 34 RT, 10 RW.
DUSUN
RW
RT
5
10
34
Jumlah penduduk 1440 KK dengan jumlah jiwa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
2741
2645
5386

  1. Demografi
  • Letak Geografis
Desa Depok terdiri dari 2 Dusun dengan 10 Warga (RW) dan 34 Rukun Tetangga (RT). Desa Depok memliki batas wilayan administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara              : Desa Sukanegara
Sebelah Selatan           : Desa Paas Kec. Pameumpeuk
Sebelah Barat              : Desa Bojong Kec. Pameumpeuk
Sebelah Timur             : Desa Mekarsari Kec. Cibalong
  1. Topografi
  • Desa Depok merupakan Desa yang berada di daerah lereng gunung, Perbukitan/Dataran tinggi, dengan ketinggian antara 400 – 600 m dpl (diatas permukaan laut).Sebagian besar wilayah Desa Depok adalah lereng gunung dengan kemiringan antara 20º – 45º. Disebelah Utara dibatasi oleh Sungai Cikaso yang berbatasan dengan Desa Sukanagara, dan di sebelah selatan dengan Sungai Cibentang, yang berbatasan dengan wilayah Desa Mekarsari Kec. Cibalong.
  1. Hidrologi dan Klimatologi
  • Aspek hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah desa. Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Depok membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS). Tercatat beberapa sungai maupun selokan baik skala kecil, sedang, dan besar.
Disamping itu ada pula beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun sumber air untuk pertanian.
Secara umum akhir-akhir ini terjadi penurunan kualitas curah hujan dan jumlah hujan dibanding keadaan selama tahun-tahun sebelumnya, hal ini dapat menjadi sangat berpengaruh terhadap beberapa sumber mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat penggarap sawah. Ditunjang pula oleh terjadinya pembalakan hutan yang tidak terkendali akibat kurangnya pengawasan dari semua pihak terkait.
  1. Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan
  • Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Depok digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa Kawasan Desa Depok memiliki sumberdaya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas laham berupa sawah teknis seluas 15-17 ha, semi teknis 47 Ha, dan yang lainnya berupa pekarangan 35 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah dan penggunannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
    Tabel : 2
    Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan
    Di Desa Depok Tahun 2011
    Sawah (Ha)
    Darat (Ha)
    Teknis
    ½ Teknis
    Tadah Hujan
    Pekarangan Pemukiman
    Hutan Rakyat
    Pengangonan
    Hutan Negara
    Lain-lain
    1517
    47
    0
    35
    -
    20
    319
    -
    Sumber : Data Desa Depok
    1. Keadaan Sosial
    • Kependudukan
    Penduduk Desa Depok berdasarkan data terakhir hasil sensus Penduduk Tahun 2011 tercatat sebagai 5452 jiwa, tahun 2010 sebanyak 5407 jiwa, tahun 2009 sebanyak 5369 jiwa, mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata sebeas 2.4%. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel : 3dibawah ini.
    Tabel : 3
    Jumlah Penduduk Desa Depok
    Tahun 2008-2011
    No
    Tahun
    Jumlah
    Laju Pertumbuhan
    1
    2008
    5323
    4.2%
    2
    2009
    5369
    1.02%
    3
    2010
    5407
    1.005%
    4
    2011
    5452
    1.045
    Sumber: Data Desa Depok
    1Proyeksi jumlah penduduk di Desa Depok Tahun 2012 berjumlah 5603 jiwa, tahun 2013 berjumlah 5665 jiwa.


    Tabel : 4
    Luas Daerah, Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan / KM 2
    Rata –rata Rumah Tangga dan Sex Ratio
    Di Desa Depok Tahun 2010
    No
    RW/ Dusun
    Jumlah Rumah Tangga
    Kepadatan per km2
    Sex Ratio
    1
    RW. 01/Campaka
    159
    35%

    2
    RW. 02/Muawanah
    124
    40%

    3
    RW. 03/Makarwangi
    121`
    37%

    4
    RW. 04/Panigaran
    112
    50%

    5
    RW. 05/BabakanPetir
    105
    45%

    6
    RW. 06/Ciawi Tali
    190
    55%

    7
    RW. 07/Pagelaran
    242
    60%

    8
    RW. 08/Cipicung
    141
    42%

    9
    RW. 09/Heras
    119
    37%

    10
    RW. 10/Depok-Japara
    139
    45%

    Perkembangan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Desa Depok Tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
    Tabel : 5
    Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
    Desa Depok tahun 2009 – 2011
    No
    Uraian
    2009
    2010
    2011
    1
    Indeks Pendidikan
    85,71
    86,91
    87,69
    2
    Indeks Kesehatan
    62,07
    63,16
    64,34
    3
    Indeks Daya Beli
    73,75
    74,93
    75,66
    Target IPM Desa Depok
    72,38
    75,70
    77,70
    Indeks Pendidikan dan Daya Beli memberiakn kontribusi yang cukup tinggi dalam capaian IPM Desa Depok.

    1. Kesehatan

    Tenaga kesehatan di Desa Depok pada tahun 2011 terbagi atas medis/ pelayanan kesehatan 2 orang, bidan 3 orang, dukun beranak 3 orang, dan partisipasi masyarakat dibidang kesehatan sebanyak 65 orang. untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel berikut ini.

    Tabel : 6
    Jumlah Tenaga Kesehatan dan Partisipsi Masyarakat
    Di Desa Depok Tahun 2011
    No
    Tenaga Kesehatan
    Jumlah
    Ket.
    1
    Medis
    Dokter Umum
    -

    Dokter Spesialis
    -

    2
    Keperawatan
    Bidan
    3

    Perawat
    2

    3
    Partisipasi Masyarakat
    Dukun Bayi
    8

    posyandu
    10

    Polindes
    1

    POD
    -

    Desa Siaga
    1

    Kader Kesehatan Aktif
    65

    Paraji Sunat
    1

    JUMLAH
    91

    Sumber : Data Desa Depok

    Jumlah kelahiran bayi (persalinan) pada tahun 2010 adalah sebanyak = 29 jiwa, yang terdiri atas bayi lahir hidup sebanyak = 28 jiwa, bayi lahir mati sebanyak = 1 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 7 brikut ini.

    TABEL : 7
    Jumlah Kelahiran Hidup dan Kematian Bayi
    Di Desa Depok Tahun 2008 – 2010 (Jiwa)
    No
    Uraian
    2008
    2009
    2010
    Rata-rata
    1
    Bayi Lahir Hidup
    19
    23
    28

    2
    Jumlah Kematian Bayi
    -
    -
    1


    Jumlah
    19
    23
    29

Visi Misi Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut

by kknmdepok2011 on 20/07/2011
PROFIL DESA
Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut


Visi
Desa Depok merupakan Desa terdepan di Kecamatan cisompet Kabupaten Garut di Tahun 2014 yang di Ridhoi oleh allah SWT
Misi
  1. Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusig dan agamis, ditunjang oleh tersediannya sarana periabadatan dan sumberdaya manusia yang kompeten
  2. Membangun pola hidup melalui pemberdayaan Kader Kesehatan dan Optimalisasi “DESA SIAGA”,
  3. Menyelenggarakan Pemerintahan yang transparan, akuntibilitas, Partisipatif dan Responsif,
  4. Meningkatkan dan memberdayakan peranan perempuan dan  pemuda, dengan tetap memelihara adat istiadat dan budaya lokal,
  5. Membangun sarana dan Prasarana yang berbasis pada ekonomi pertanian yang produktif, infrastruktur pedesaan, dalam upaya peningkatan indeks Daya beli Masyarakat, serta peningkatan sumber daya masyarakat desa yang berkualitasmelalui “Program Desa Pendidikan” yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berwawasan global.

Wisata Sungai Tonyong Gede Desa Depok

0Share
KEINDAHAN SUNGAI TONYONG GEDE
Oleh:Fasmawi Saban Sihabudin

Tonyong Gede adalah suatu sungai yang terkenal didaerah Garut Selatan.Tepatnya di Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut Jawa Barat.Keindahan Sungai ini bisa dikatan berbeda dari sungai-sungai yang lain dan didukung juga dengan letak geografisnya yang dekat dengan gunung nagara,yaitu gunung yang terkenal sebagai objek wisatanya sekaligus ziarahnya,dan ini sudah saya bahas pada artikel yang sebelumnya dan sahabat bisa ngeflashback kembali.
Sungai Tonyong Gede merupakan sungai yang sangat eksotis karena disekitar sungai ini pemandangan alamnya masih benar-benar terjaga dengan airnya yang masih jernih dan memungkinkan kita untuk berenang disungai tersebut.Tetapi saya sarankan kepada sahabat-sahabat yang belum bisa berenang jangan sekali-sekali mencoba disungai ini,karena sungai ini bisa dikatakan berbahaya bagi yang belum bisa berenang.selain karena kedalaman sungai tersebut yang lumayan dalam sungai ini juga pernah memakan korban jiwa tetapi itu dulu sekali.karena dulu konon katanmya disungai ini angker dan ada“ULAR SAMAK”,tapi itu cerita dari mulut kemulut.sekarang sih cerita tersebut sudah dilupakan dan tidak dihiraukan.
Sungai ini dikatakan berbeda dengan sungai yang lain karena disungai ini terdapat Air Terjun tapi tidak terlalu gede sih,terus disungai ini juga ada Mamasjidan.Mamasjidan itu adalah sebutan bagi Batu besar yang menjulang tinggi kira-kira sekitar 7m .Mamasjidan tersebut sering dijadikan sebagai Batu lompatan bagi anak-anak yang berenang disungai tersebut.itu semakin membuat saya menjadi salah satu penggemar sungai tersebut.
Sahabat saya juga sebenarnya adalah seorang perenang dan pelompat handal yang boleh dikatakan jebolan dari sungai tonyong gede.waktu kecil saya sering sekali berenang disungai tersebut.sehingga pada kelas 5 SD saya bisa berenan g lancar an dilatih oleh teman saya yang lebih tua.Masih teringat jelas waktu itu saya dan teman-teman saya waktu kecil yaitu “Leo,Ilham,Dani,Redi, “ dan lupa lagi,diajak sama teman yang lebih tua untuk berenang dan uucingan disungai tersebut,itu adalah masa-masa kecil saya yang menyenngkan dan teringat sampai sekarang ini.

http://2.bp.blogspot.com/-qlsRiVFyhKg/TdNwT7sNiPI/AAAAAAAAAUU/MYxx-sbUU4A/s1600/201690_120722371335636_100001936202881_150787_2324109_o.jpg

Kebon Kinema Depok Cisompet

Kebon Kinema adalah salah satu tempat yang ada di Desa Depok Cisompet Garut. Ada yang menarik dan unik di Kebon Kinema ini. Selain pemandangan alam yang masih hijau, ternyata kebon kinema adalah salah satu tempat di Cisompet Garut yang memiliki hamparan sawah yang luas dan banyak ditanami rempah rempah yang tentunya sebagai penghasil bagi Garut dan sekitarnya.

Tentunya hal yang menarik lainya, yaitu mitos yang menyebutkan bahwa di Kebon Kinema adalah kebon yang angker. Berdasarkan cerita-cerita turun temurun dari orang tua, bahwa di Kebon Kinema terdapat Jin yang menyerupai Kepala manusia yang kadang-kadang menampakkan dirinya.

Tetapi hal itu biasanya terjadi pada saat adzan maghrib. entah benar atau tidak mitos itu. Yang jelas mitos itu dikaitkan dengan adanya kejadian dimasa lalu yang menyebutkan bahwa telah terjadi kecelakaan disekitar Kebon Kinema dan kepala nya ilang. wahhh tragis ya kalau dibayanginya. yang jelas jadi serem.

Tetapi dengan adanya mitos dan keindahan alamnya tersebut, Kebon Kinema yang letaknya ada Kp. Pangligaran Desa Depok Kecamatan Cisompet Garut ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berlibur di Desa Depok Garut Selatan. Entah sekedar hanya ingin menikmati keindahan alamnya, atau juga ingin mengetahui mitos yang berkembang dimasyarakat kampung pangligaran desa depok ini.


Potensi Wisata Gunung Nagara Di Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut Jawa Barat

DALAM peradaban tatar Sunda, Kabupaten Garut pada umumnya, khususnya wilayah Garut selatan kurang begitu diperhatikan. Terlebih jika dikaitkan dengan kerajaan atau dengan isu penyebaran ajaran Islam. Sebab,
dipungkiri ataupun tidak, di wilayah Kabupaten Garut tidak pernah berdiri kerajaan besar sekaliber Galuh
Pakuan, Sumedang Larang, Pajajaran, Kasepuhan dan Banten. Akan tetapi, realitas tersebut tidak menutup
kemungkinan kalau di wilayah Garut pernah berdiri kerajaan kecil yang dijadikan basis penyebaran agama
Islam di wilayah Garut Selatan yang terjadi sekira awal abad ke 13.
BATU Nisan, salah satu peninggalan yang masih
tersisa.*DOK. PRIBADI
Berbicara tentang gunung, pikiran kita tertuju pada
sebuah gunung cukup tinggi. Sebenarnya, Gunung Nagara
bukanlah gunung dalam artian para pecinta alam. Ia
lebih merupakan bukit yang memiliki keragaman flora cukup unik. Di tempat tersebut masih banyak terdapat pohon burahol, menyan, kananga, bintanu, kigaru,binong serta masih banyak jenis tumbuhan lainnya yang mungkin secara ilmiah belum dikenal, dan belum diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Kekayaan fauna juga dimiliki hutan Gunung Nagara.Kalau kebetulan, kita akan menemukan burung rangkong
(Buceros rhinoceros) yang sedang asyik berduaan bersama pasangannya di atas pohon yang cukup tinggi.
Tubuhnya yang cukup besar diperindah dengan mahkota oranye di atas kepalanya. Bagi yang pertama kali
menemukan burung ini, mungkin akan merasa aneh, sebab ketika burung tersebut akan terbang, biasanya memberi aba-aba dengan suara “gak” yang keras mirip suara monyet. Lantas, ketika sudah tinggal landas, kepakan sayapnya mengeluarkan suara yang dramatis. Selain burung Rangkong, masih terdapat hewan langka lainnya semisal kambing hutan, landak, kucing hutan, macan kumbang, walik, surili, dan beragam jenis kupu-kupu.
Secara geografis, ia terletak di wilayah Desa Depok-Cisompet-Garut. Menuju daerah tersebut relatif gampang, dari terminal Garut kita hanya tinggal naik elf jurusan Pamengpeuk-Garut dengan membayar ongkos RP10.000,00, atau jika berangkat dari Bandung, kita tinggal naik bus tiga perempat jurusan Bandung-Pameungpeuk dengan membayar ongkos Rp 15.000,00. Kita minta diturunkan di Kampung Pagelaran.
Dari kampung tersebut, bukit gunung Nagara sudah tampak begitu jelas, namun sekilas tidak ada jalan
menuju bukit tersebut, yang terlihat hanyalah tebing cadas yang menurut pemikiran normal tidak mungkin
untuk didaki tanpa peralatan panjat.
Dari Kampung Pagelaran, kita tinggal berjalan kaki menuju Kampung Depok dengan jarak sekira satu kilometer. Menurut hikayat, nama Depok dikaitkan dengan padepokan. Artinya, perkampungan tersebut pada
awalnya merupakan padepokan tempat peristirahatan para gegeden. Sebenarnya, menurut Ki Ecep (sesepuh
kampung), pada era enam puluhan, kampung Depok masih merupakan perkampungan dengan tradisi yang sama dengan Baduy. Akan tetapi, setelah kampung tersebut dibumihanguskan gerombolan DI/TII, terjadi perubahan cukup signifikan. Sekarang tidak akan lagi terlihat rumah-rumah panggung berjajar menghadap kiblat.
Perjalanan Pagelaran-Depok akan melintasi sungai
Cikaso.
Bagi mereka yang suka akan keindahan alam,
alangkah baiknya terlebih dahulu mengunjungi Batu Opak yang berada kurang lebih setengah kilometer ke arah hulu. Di tempat tersebut kita akan menyaksikan fenomena geologis, yakni batu yang berjajar secara sinergis dari arah bukit menuju sungai dengan bentuk mirip seperti opak. Penduduk sekitar menghubungkan fenomena geologis tersebut dengan legenda Sangkuriang.
Yaitu, ketika Sangkuriang akan menikah, Embah
Rajadilewa (penguasa daerah selatan) mau membantu nyambungan. Akan tetapi, baru saja mereka sampai di Leuwi Tamiang, dari arah timur terlihat fajar, sehingga mereka menyimpan barang bawaannya di tempat tersebut, hingga ia berubah menjadi batu.
Bagi mereka yang baru mengunjungi tempat ini, di kampung Depok inilah bisa menemui Ki Anang (kuncen)
untuk minta diantar. Dari Depok, kita melanjutkan perjalanan menuju Cidadap dengan jarak kurang lebih
setengah kilometer, perjalanan ini melewati pesawahan yang tidak terlalu luas. Di Cidadap inilah terdapat
mata air yang dikeramatkan. Secara nalar, air dapat menyegarkan badan. Perjalanan baru akan mendapat
tantangan manakala kita mulai merayap mendaki jalanan setapak yang cukup terjal (Cidadap-Gunung Nagara).
Terkadang kita harus melewati jalanan yang kemiringannya mencapai 75 derajat. Dari Cidadap, kita tidak akan menjumpai jalanan yang datar, kanan kiri jalan masih terdapat banyak pohon besar, sehingga walaupun kelelahan kita bisa beristirahat cukup santai. Perjalanan ini jika ditempuh dengan santai paling-paling memakan waktu sekira setengah jam.
Sesampainya di puncak Gunung Nagara, secara langsung kita telah sampai di kompleks pemakaman. Tempat itu
dikenal dengan pusaran ka hiji (kompleks pertama) yang di tempat ini terdapat dua puluh enam kuburan.
Kuburan-kuburan tersebut relatif besar-besar. Setiap kuburan dihiasi batu “sakoja” dan batu nisan. Dinamai
sakoja, karena batu tersebut berasal dari sungai Cikaso diambil dengan menggunakan koja (kantong).
Kalau kita perhatikan secara seksama, komplek pekuburan tersebut tersusun secara rapi membentuksebuah struktur organigram. Lima belas meter ke arah utara, terdapat kubur an yang dikenal dengan pusarankadua. Di tempat ini hanya terdapat dua kuburan. Sekira dua kilometer ke arah utara, terdapat kuburanyangdikenal dengan pusaran katilu yang hanya terdiri dari dua kuburan. Konon kabarnya, kuburan ini
Merupakan kuburan Embah Ageung Nagara dan patihnya.
Menurut Mantan Kepala Desa Depok, Abdul Rasyid, tiga pusaran tersebut melambangkan Alquran yang terdiri dari 30 juz. Pusaran pertama yang terdiri dari 26 kuburan melambangkan bagian Mufassal (surat-surat) pendek, pusaran kedua melambangkan al-mi’un dan pusaran ketiga melambangkan sab’ul matsani. Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan menambah kuburan. Lebih lanjut, ia mengatakan kalau pada pusaran pertama itu terdiri dari
para pengikut/pengawal yang salah satu di antaranya perempuan, pusaran kedua merupakan kuburan panglima dan pusaran ketiga merupakan kuburan raja dan patih.
Sebenarnya, jika kita mau melanjutkan perjalanan ke arah utara, kita akan menemukan sebuah kuburan yang
terpisah, konon kabarnya kuburan tersebut merupakan kuburan seorang berbangsa Arab.
Lebih jauh, menurut Abdul Rasyid, sebenarnya situs Gunung Nagara terdiri atas beberapa peninggalan dalam
bentuk barang. Namun sayang, naskah aslinya terbakar manakala gorombolan (DI/TII) menyerang Kampung Depok, sedangkan beberapa naskah lainnya yang tersisa dan barang-barang peninggalan sudah menjadi milik orang Tasik. Barang-barang yang masih ada, terpencar di perseorangan.
Bagi para peziarah yang terbiasa melakukan semedi, disyaratkan baginya untuk melakukan ritual mandi di
Sumur Tujuh. Sumur tersebut berada sekira setengah kilometer ke arah lembah. Sumur itu berada tepat di
dekat sungai kecil. Sebenarnya, sumur itu merupakan kubangan-kubangan kecil akibat dari resapan air.
Legenda Kian Santang Menurut sebagian besar masyarakat Depok, Situs Gunung Nagara erat kaitannya dengan penyebaran Islam di wilayah Garut Selatan yang disebarkan atas jasa Prabu Kian Santang. Malahan diklaim kalau sesungguhnya daerah Leuweung Sancang merupakan tempat peristirahatan terakhir Prabu Siliwangi (raja pajajaran yang terkenal), sehingga begitu melegenda kalau di leuweung tersebut terdapat harimau jadi-jadian, bekas pasukan Prabu Siliwangi. Sementara itu, walaupun terdapat daerah yang diklaim sebagai tempat peristirahatan terakhir Prabu Siliwangi, penduduk Garut selatan meyakini bahwa kuburan asli
Prabu Kian Santang itu berada di kompleks pemakaman Gunung Nagara.
Menurut mereka, keberadaan kuburan lainnya hanya merupakan tempat persinggahan Prabu Kian Santang.
Misalnya saja pemakaman Godog di daerah Suci-Karangpawitan-Garut. Mereka menyatakan kalau
sesungguhnya di tempat tersebut Prabu Kian Santang hanya tinggal berkontemplasi merenungi kekeliruannya
dalam melakukan sunat terhadap orang yang masuk Islam. Oleh sebab itu, tempat tersebut dinamakan “Godog” yang mengandung arti tempat penyucian jiwa atau dalam istilah pewayangan “Kawah Candradimuka”, dan karenanya pula tempat ketika ia turun dari daerah tersebut dinamakan “Suci”, yang berarti setelah melakukan kontemplasi ia kembali pada kesucian yang kemudian melanjutkan perjalanan menuju Garut Selatan.
Dari data-data sepintas tersebut, rasanya tidak terlalu berlebihan kalau sesungguhnya Gunung Nagara
menyimpan rahasia yang harus segera dieksploitasi, baik bagi kepentingan pendidikan ataupun bagi
kepentingan pariwisata

Kebiasaan Mahasiswa Asal Cisonpet Garut ini Wajib Ditiru !

Tulisan bersumber dari Swara Kampus Kamis (26/2/2015)
Fasmawi Saban Mahasiswa Semester 8 Prodi Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan salah seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi dikampus dan seringkali mengikuti kegiatan-kegiatan lomba dan kuis di kampus ataupun di luar kampus. Namun dibalik kegiatan padatnya yang diikuti, ada hal yang menarik dari mahasiswa tersebut.
Hal yang menarik tersebut adalah keinginan dan tekad yang kuat dari Saban untuk bertemu dengan pejabat-pejabat dalam negeri. Mahasiswa tersebut selalu ingin menyampaikan aspirasi dan pendapatnya kepada pejabat yang ingin ditemuinya. Berbagai cara ditempuh untuk bertemu dengan tokoh-tokoh idolanya yaitu pejabat-pejabat di Indonesia. Cara yang ditempuh antara lain dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menghadirkan pejabat-pejabat yang ingin ditemui. Bahkan mahasiswa tersebut rela datang jauh ke luar kota hanya untuk bertemu dengan idolanya. Tapi bagi Saban hal tersebut merupakan kesempatan untuk memenuhi tekad kuatnya.
Berkat tekad kuat dan usahanya mahasiswa tersebut bisa bertemu dan menyampaikan aspirasinya langsung dengan tokoh-tokoh idolanya seperti: Presiden Jokowi, Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Hukum dan Ham Yasona Laolly, Abraham Samad, Bambang Widjayanto, Johan Budi, Anies Baswedan dan lain-lain. Bahkan Saban pernah diundang ke Istana Kepresidenan untuk kopdar pamitan bersama SBY yang saat itu menjadi Presiden RI. Bagi Mahasiswa asal Garut tersebut bertemu dengan pejabat-pejabat negeri merupakan kepuasan tersendiri dan merupakan hal yang selalu diimpikan. Dari sana Saban selalu terpacu untuk lebih giat dan semangat dalam belajar. Terlebih lagi karena cita-cita Saban adalah ingin menjadi politikus dan menjadi pejabat yang bersih. Dari mahasiswa penerima bidikmisi tersebut kita bisa belajar bahwa, tekad dan kesungguhan hati yang kuat adalah modal utama untuk meraih impian dan cita-cita kita.**uDin.