Entah apa yang terpikir dalam benak Tata, seorang warga yang tinggal
di Kecamatan Talegong. Karena hidup sebagai kuli tani yang serba
kekurangan akhirnya menjadi seorang mumurtadin. Parahnya, dua anaknya
mengikuti jejadirinya menukar aqidah.
Tata sekeluarga tinggal
di Kampung Cibatu RT 04/09 Desa Sukamulya, Kecamatan Talegong, Kabupaten
Garut. Atas bujukan sang ayah, dua anak Tata, Idin dan Caca pindah
bekerja di Soreang. Ternyata, di Soreang mereka dijejali dengan ajaran
Nasrani. Hingga akhirnya, beberapa tahun lalu, m mereka dibaptis di
wilayah Ciranjang, Kabupat Cianjur.
Tata pun banyak belajar
soal agama Nasrani. Ia terus dibina serta disekolahkan. Hingga akhirnya
Tata diangkat menjadi pendeta untuk Kecamatan Talegong. Bahkan karena
merasa dipercaya oleh gereja yang membinanya, ia berani memberikan
sebidang tanah yang menjadi miliknya untuk dibangunkan gereja. Namun
belum sampai gereja berdiri, warga keburu men-demo-nya. Maka gagallah
upaya pembangunan gereja yang hendak dilakukan Tata.
Akibatnya,
keluarganya diusir oleh warga. Tata sekeluarga pun pindah ke tempat
lain. "Setelah lama pergi, ternyata mereka kembali lagi ke daerah kami.
Sayang ketika dibujuk untuk masuk Islam lagi, mereka menolak dengan
alasan lebih senang dengan agama barunya. Tapi kehidupan mereka tetap
saja susah. Tak ada perubahan," urai Jaka saat ditemui Sabili Jumat
(24/7) lalu.
Jaka menambahkan, gerakan Tata sekeluarga mulai
tercium beberapa tahun lalu. Warga pun berinisiatif dengan untuk
menghadangnya. Para misionaris itu merayu dengan ajaran cinta kasih dan
diming-imingi dengan bantuan dan kekayaan. "Alhamdulillah ketika warga
bergerak, ada rasa ketakutan dari mereka itu untuk mengajak warga lain
masuk Nasrani," ujarnya.
Ketua RW 09, Warsa mengatakan, pada
awal dirinya tidak mengetahui soal pemurtadan. Tetapi setelah mendapat
laporan dari warga ia baru mengetahuinya. Warsa menjelaskan, beberapa
bulan lalu kedua anak Tata hendak membuat KTP dengan agama Nasrani.
Namun Kepala Desa menolaknya.
Sedangkan menurut ketua Dewan
Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Kautsar, Tatang, mengungkapkan sudah sejak
lama orang-orang Nasrani mencoba untuk mengajak warga di daerahnya agar
masuk agama Nasrani. “Apalagi sejak bangunan n masjid al-Kautsar roboh,
mereka pun siap memntu untuk melakukan pembangunan mesjid,” jelas
Tatang.
Sebagai pengurus DKM, Tatang menolak keras upaya ini.
"Dalam hal itu saya melihat ada tujuan tertentu dari tawarannya itu.
Sepertinya mereka ingin justru di tempat mesjid yang roboh itu didirikan
gereja atau paling tidak bisa dibangun posko penginjilan. Saya tidak
mau hal itu terjadi di sini," ujar Tatang.
Kegiatan pemurtadan
ini tercium pula oleh Gerakan Reformis Islam (GARIS) Jawa Barat atas
dasar laporan seorang warga di sana. Ketua GARIS Jabar, Suryana Nurfatwa
mengatakan, awalnya ia bersama rombongan datang ke sana untuk
memberikan hewan qurban pada Idul Adha. Suryana juga menyatakan bahwa
hasil investigasi timnya menunjukkan ada gerakan pemurtadan di sana.
Pada
saat bersamaan, Suryaa dan rombongan bertemu dengan para misionaris
muda sebanyak enam orang dan mengendarai motor trail. “Ketika bertemu
mereka langsung pergi. Mungkin takut terjadi bentrokan,” jelas Suryana.
Suryana menambahkan, di Kecamatan Talegong itu telah 53 KK menjadi
korban pemurtadan. “Meski di kemudian hari telah banyak pula yang
kembali ke pangkuan Islam,” lanjutnya.
"GARIS di kampung Cibatu
harus segera membangun mesjid yang telah roboh dan menempatkan dua
ustadz di sana untuk memantau keluar masuk para misionaris, sehingga
akan mudah melaporkannya kepada kami. Juga yang lebih penting pula
adalah untuk membentengi warga dari bujuk rayu para misionaris
tersebut," Suryana bersikap mewakili GARIS.
Menurut Suryana, yang
dipertegas oleh Tim Investigasi Pemurtadan garut Selatan, Parman,
terungkap bila modus yang dilakukan para misonaris itu adalah dengan
memberikan bantuan sembako dan menjanjikan uang tiap bulan. Namun
setelah ada gerakan menghadang aksi para misionaris ini, aktivitasnya
perlahan berkurang. "Kami tidak akan mundur karena bila mundur itu
berarti keuntungan mereka untuk melakukan pemurtadan. sampai kapanpun
kami selalu siap menghadangnya dalam bentuk apapun," tegas Parman.
Menanggapi
peristiwa yang terjadi di Garut Selatan ini, Sekjen GARIS Kabupaten
Garut, Arsyad Salim mengatakan Garut Selatan wilayahnya sulit dijangkau
karena jauh dari pusat ibukota Kabupaten. Menurutnya, untuk mencapai
daerah Talegong, ia lebih baik memakai arah dari Bandung Selatan
daripada langsung dari Garut yang memakan waktu cukup lama.
Berbeda
dengan Garut Utara karena mudah dijangkau, maka kegiatan pemurtadan di
sana mudah terdeteksi dan segera dapat ditangani. "Karena itulah, ke
depan insya Allah GARIS Garut akan membina kader di Garut Selatan ini
agar mampu menghadang segala bentuk pemurtadan. Doakan saja itu dapat
terealisasi," pintanya.
Dia pun berharap kepada semua pihak
terutama aktivis Islam yang ada di kabupaten garut untuk bisa bekerja
sama dan berkoordinasi dalam menghadang pemurtadan ini. "Hal ini adalah
bagian dari perjuangan Islam. Jadi menurut saya, sudah saatnya umat
Islam Garut untuk membuka mata dan siap berperang melawan pemurtadan
terutama yang terjadi di Garut Selatan ini," pungkasnya. (Deffy
Ruspiyandy/Bandung)