MAKALAH KEBENARAN ILMIAH - Fasmawi Saban Blog's
Dikelola Oleh:Fasmawi Saban Sihabuddin S.H.,M.Hum. Diberdayakan oleh Blogger.

MAKALAH KEBENARAN ILMIAH



MAKALAH
KEBENARAN ILMIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu: Ermi Suhesti S.


Disusun oleh
Fasmawi Saban Sihabudin

PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012

BAB 1
PENDAHULUAN
Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang nyata benar-benar ada maupun tidak  terwujud. Jika subyek hendak mengatakan kebenaran artinya adalah proporsi/perbandingan yang benar. Apabila subyek menyatakan kebenaran bahwa proporsi/perbandingan yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat, karakteristik, hubungan, dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Namun masalahnya tidak sampai  di situ saja, masalah kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimologi/cabang-cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan telaah epistimologi terhadap “kebenaran” membawa orang kepada kesimpulan bahwa peril dibedakan adanya tiga jenis kebenaran. Yaitu kebenaran epistimologis, ontologis dan semantis. 
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang teori-teori kebenaran. Sebagai manusia, sepatutnya kita mengerti tentang teori-teori kebenaran dengan tujuan memperkaya pengetahuan serta wawasan kita tentang kebenaran itu sendiri..
BAB II
PEMBAHASAN

1.  Teori Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah berbeda dengan kebenaran non-ilmiah. Kattsoff berpendapat, kebenaran sama dengan proporsi/proposition. Ini lebih tertuju pada makna atau simantik ketimbang pernyataan atau sintaksis. Orang bisa saja membuat pernyataan dengan memakai susunan kalimat yang tepat, namun belum tentu hal itu bermakna.
A. Kebenaran Proporsi
Proporsi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua istilah. Ada tiga hal pokok dalam suatu proporsi, yaitu subyek, predikat, dan tanda (kopula). Contoh : “Setiap manusia adalah tidak kekal”. Setiap manusia (subyek), dan tidak kekal (predikat), sedangkan kata adalah merupakan “kopula”. Statemen tersebut dilihat dari struktur kalimatnya adalah sempurna, serta makna yang dimilikinya pun sungguh-sungguh benar. Dengan demikian ia dapat dikatakan sebagai sebuah proporsi.Suatu proposisi mengandung suatu makna, jika proposisi itu membuat perubahan.contoh:Kita tersesat di hutan, setelh sejenak mempertimbangkanya, kita berkata paada diri kita sendiri,”Jalan keluarnya ialah ke kiri”Proposisi ini mengandung makna bagi kita, jika kita kemudian berjalan ke kiri. Dengan kata lain, kita menghadapi masalah untuk keluar dari hutan dan kita telah mengucapkan suatu proposisi yang merupakan hipotesa mengenai cara untuk keluar dari hutan.
Beberapa jenis proporsi :
1)  Berdasarkan bentuk : tunggal dan jamak
a.  Proporsi tunggal ialah suatu statemen yang hanya mengandung satu pernyataan.
b.  Proporsi jamak ialah statemen yang mengandung lebih dari satu pernyataan.
2)  Berdasarkan hubungan : kategori dan kondisional
a.  Untuk proporsi kategoris, hubungan antara subyek dengan predikat adalah tanpa adanya syarat. Contoh :
   Semua manusia adalah bisa bijaksana (afirmatif)
   Semua manusia adalah bukan laki-laki (negasi)
b.  Proporsi kondisional, hubungan antara subyek dengan predikat berdasar syarat tertentu, contoh: “ Jika rajin belajar maka akan pandai”.
3)  Berdasarkan kualitas : afirmatif dan negatif
a.  Untuk jenis afirmatif ini, yaitu proporsi yang kopulanya membenarkan (afirmatif) adnya persesuaian hubungan subyek dengan predikat, contoh : “Semua manusia adalah berkaki”.
b.  Untuk jenis negative, fungsi kopula pada proporsi ini menyatakan bahwa antara subyek dan predikat tidak ada hubungannya sama sekali (negatif). Contoh : “Setiap laki-laki tidak melahirkan”.
4)  Berdasarkan kuantitas : Umum dan khusus
a.  Jenis proporsi yang Umum ditandai dengan bentuk predikatnya yang membenarkan atau mengingkari seluruh subyek, seperti : “Semua manusia adalah berkaki dua”.
b.  Kemudian proporsi jenis khusus adalah apabila subyeknya menunjukkan sebagian, contoh : “Sebagian manusia dalah berjenis perempuan”.
5)  Berdasarkan modalitas :
a.  Proporsi necessary : Proporsi yang secara universal memandang hubungan kualitas benar-nya antara subyek dengan predikat ada dan sudah dengan sendirinya.
b.  Proporsi assertory : jika hubungan antara subyek dengan predikat berdasar pada pengalaman, dan menurut pengalaman itu sendiri benar.
c.  Proporsi Problematik : apabila hubungan antara subyek dan predikat merupakan kemungkinan, sehingga ia benar ataupun tidak benar atas syarat-syarat tertentu.
d.  Berdasarkan isi : verbal dan riil
a.  Proporsi verbal ialah suatu proporsi yang hubungan suatu predikat terhadap subyeknya merupakan genus.
b.  Proporsi riil ialah yang predikatnya menyatakan keterangan tambahan atau memberikan keterangan tambahan.

B. Kebenaran Pragmatis
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya,Fahmi mau menjawab pertanyaan dari ibu dosen karena diberi bonus poin.. Fahmi bersifat pragmatis, artinya mau menjawab soal dari ibu dosen karena ada manfaat bagi dirinya,  yaitu mendapat bonus poin.Pragmatisme juga mengajarkan bahw kebenaran tidaklah sekedar berfungsi atau berguna, tetapi juga harus mempunyai kegunaan kongkrit.
C. Kebenaran Korespondensi
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Semarang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Semarang.
D.   Kebenaran Koherensi
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa UIN harus mengikuti kegiatan Ospek. Fahmi adalah mahasiswa UIN, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.

E.         Kebenaran Performatif
Bagi Lacey A. R, sebagaimana dikutip Ali Mudhofir, menjelaskan bahwa teori kebenaran performatif (performative theory of truth) menekankan pada kata benar. Maksud dari kata itu ialah jika suatu ungkapan dipandang benar jika dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan konkrit. Sebaliknya akan menjadi tidak bermakna bila tidak bisa terwujud dalam tampilan senyatanya. Seperti seorang yang mengatakan “Saya bisa membaca Al Qur’an”. Ketika disodorkan mushaf ataupun juz ‘amma kepadanya untuk dibaca, dan ternyata ia bisa maka pernyataannya benar. Akan tetapi itu menjadi tidak bermakna apabila yang terjadi sebaliknya, yaitu ia tidak bisa membacanya.
KESIMPULAN

Kebenaran ilmiah merupakan pernyataan dan makna sejalur atau sesuai dengan akal. Orang bisa saja membuat pernyataan dengan memakai susunan kalimat yang tepat, namun belum tentu hal itu bermakna. Sebenarnya teori kebenaran ilmiah itu ada delapan, namun dalam makalah ini hanya dipaparkan lima teori yaitu:
1.         Kebenaran Proporsi
2.         Kebenaran Koherensi
3.         Kebenaran Korespondensi
4.         Kebenaran Performatif
5.         Kebenaran Pragmatis
Masing-masing teori yang sudah dijelaskan di atas memiliki sudut pandang yang berbeda, seuatu ilmu dapat dikatakan benar bila memenuhi syarat-syarat yang ada pada teori-teori tersebut, sesuai dengan teori yang  kita pilih dari beberapa teori yang sudah di jelaskan di atas.   


DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR. Ahmad Tafsir,Filsafat Umum, Remaja Rodaskara, Bandung,2009
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,    2003.
Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Louia O. Kattsoff,Pengantar Filsafat.Tiara Wacana Yogyakarta,2004
Feel Like Shil Dejavu, Kebenaran Ilmiah, http///.www.Blog at Wrodpress.com, akses 30 Maret 2011