Pemurtadan Menyisir Garut Selatan - Fasmawi Saban Blog's
Dikelola Oleh:Fasmawi Saban Sihabuddin S.H.,M.Hum. Diberdayakan oleh Blogger.

Pemurtadan Menyisir Garut Selatan

E-mail Cetak PDF
Terkungkung dalam kehidupan serba kekurangan, sebagian warga berani menukar aqidahnya. Kaum misionaris bergerak menyisir Garut Selatan sebagai sasaran empuk pemurtadan.

Entah apa yang terpikir dalam benak Tata, seorang warga yang tinggal di Kecamatan Talegong. Karena hidup sebagai kuli tani yang serba kekurangan akhirnya menjadi seorang mumurtadin. Parahnya, dua anaknya mengikuti jejadirinya menukar aqidah.

Tata sekeluarga tinggal di Kampung Cibatu RT 04/09 Desa Sukamulya, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut. Atas bujukan sang ayah, dua anak Tata, Idin dan Caca pindah bekerja di Soreang. Ternyata, di Soreang mereka dijejali dengan ajaran Nasrani. Hingga akhirnya, beberapa tahun lalu, m mereka dibaptis di wilayah Ciranjang, Kabupat Cianjur.

Tata pun banyak belajar soal agama Nasrani. Ia terus dibina serta disekolahkan. Hingga akhirnya Tata diangkat menjadi pendeta untuk Kecamatan Talegong. Bahkan karena merasa dipercaya oleh gereja yang membinanya, ia berani memberikan sebidang tanah yang menjadi miliknya untuk dibangunkan gereja. Namun belum sampai gereja berdiri, warga keburu men-demo-nya. Maka gagallah upaya pembangunan gereja yang hendak dilakukan Tata.

Akibatnya, keluarganya diusir oleh warga. Tata sekeluarga pun pindah ke tempat lain. "Setelah lama pergi, ternyata mereka kembali lagi ke daerah kami. Sayang ketika dibujuk untuk masuk Islam lagi, mereka menolak dengan alasan lebih senang dengan agama barunya. Tapi kehidupan mereka tetap saja susah. Tak ada perubahan," urai Jaka saat ditemui Sabili Jumat (24/7) lalu.

Jaka menambahkan, gerakan Tata sekeluarga mulai tercium beberapa tahun lalu. Warga pun berinisiatif dengan untuk menghadangnya. Para misionaris itu merayu dengan ajaran cinta kasih dan diming-imingi dengan bantuan dan kekayaan. "Alhamdulillah ketika warga bergerak, ada rasa ketakutan dari mereka itu untuk mengajak warga lain masuk Nasrani," ujarnya.

Ketua RW 09, Warsa mengatakan, pada awal dirinya tidak mengetahui soal pemurtadan. Tetapi setelah mendapat laporan dari warga ia baru mengetahuinya. Warsa menjelaskan, beberapa bulan lalu kedua anak Tata hendak membuat KTP dengan agama Nasrani. Namun Kepala Desa menolaknya.

Sedangkan menurut ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Kautsar, Tatang, mengungkapkan sudah sejak lama orang-orang Nasrani mencoba untuk mengajak warga di daerahnya agar masuk agama Nasrani. “Apalagi sejak bangunan n masjid al-Kautsar roboh, mereka pun siap memntu untuk melakukan pembangunan mesjid,” jelas Tatang.

Sebagai pengurus DKM, Tatang menolak keras upaya ini. "Dalam hal itu saya melihat ada tujuan tertentu dari tawarannya itu. Sepertinya mereka ingin justru di tempat mesjid yang roboh itu didirikan gereja atau paling tidak bisa dibangun posko penginjilan. Saya tidak mau hal itu terjadi di sini," ujar Tatang.

Kegiatan pemurtadan ini tercium pula oleh Gerakan Reformis Islam (GARIS) Jawa Barat atas dasar laporan seorang warga di sana. Ketua GARIS Jabar, Suryana Nurfatwa mengatakan, awalnya ia bersama rombongan datang ke sana untuk memberikan hewan qurban pada Idul Adha. Suryana juga menyatakan bahwa hasil investigasi timnya menunjukkan ada gerakan pemurtadan di sana.

Pada saat bersamaan, Suryaa dan rombongan bertemu dengan para misionaris muda sebanyak enam orang dan mengendarai motor trail. “Ketika bertemu mereka langsung pergi. Mungkin takut terjadi bentrokan,” jelas Suryana. Suryana menambahkan, di Kecamatan Talegong itu telah 53 KK menjadi korban pemurtadan. “Meski di kemudian hari telah banyak pula yang kembali ke pangkuan Islam,” lanjutnya.

"GARIS di kampung Cibatu harus segera membangun mesjid yang telah roboh dan menempatkan dua ustadz di sana untuk memantau keluar masuk para misionaris, sehingga akan mudah melaporkannya kepada kami. Juga yang lebih penting pula adalah untuk membentengi warga dari bujuk rayu para misionaris tersebut," Suryana bersikap mewakili GARIS.

Menurut Suryana, yang dipertegas oleh Tim Investigasi Pemurtadan garut Selatan, Parman, terungkap bila modus yang dilakukan para misonaris itu adalah dengan memberikan bantuan sembako dan menjanjikan uang tiap bulan. Namun setelah ada gerakan menghadang aksi para misionaris ini, aktivitasnya perlahan berkurang. "Kami tidak akan mundur karena bila mundur itu berarti keuntungan mereka untuk melakukan pemurtadan. sampai kapanpun kami selalu siap menghadangnya dalam bentuk apapun," tegas Parman.

Menanggapi peristiwa yang terjadi di Garut Selatan ini, Sekjen GARIS Kabupaten Garut, Arsyad Salim mengatakan Garut Selatan wilayahnya sulit dijangkau karena jauh dari pusat ibukota Kabupaten. Menurutnya, untuk mencapai daerah Talegong, ia lebih baik memakai arah dari Bandung Selatan daripada langsung dari Garut yang memakan waktu cukup lama.

Berbeda dengan Garut Utara karena mudah dijangkau, maka kegiatan pemurtadan di sana mudah terdeteksi dan segera dapat ditangani. "Karena itulah, ke depan insya Allah GARIS Garut akan membina kader di Garut Selatan ini agar mampu menghadang segala bentuk pemurtadan. Doakan saja itu dapat terealisasi," pintanya.

Dia pun berharap kepada semua pihak terutama aktivis Islam yang ada di kabupaten garut untuk bisa bekerja sama dan berkoordinasi dalam menghadang pemurtadan ini. "Hal ini adalah bagian dari perjuangan Islam. Jadi menurut saya, sudah saatnya umat Islam Garut untuk membuka mata dan siap berperang melawan pemurtadan terutama yang  terjadi di Garut Selatan ini," pungkasnya. (Deffy Ruspiyandy/Bandung)